Awalnya, tanaman satu ini tak banyak dilirik. Namun, setelah dilakukan rekayasa genetik, kini banyak dicari orang karena keindahan dan keberagaman warna bunganya.
Dulu, tanaman asal Madagaskar ini bunganya masih kecil-kecil dan warnanya terbatas. Setelah dilakukan rekayasa genetik oleh para ahli tanaman di Thailand, barulah orang mulai memerhatikan tanaman satu ini. Mereka berhasil menemukan beberapa Euphorbia hibrida yang ditandai dengan munculnya bunga yang lebih besar dan warnanya yang beragam, bahkan bergradasi.
Tren Euphorbia hibrida mulai muncul sekitar awal 2000-an. Para penggemar tanaman hias mendatangkannya dari Thailand.
Sebut saja, Euphorbia red dragon yang bunganya merah seperti kulit naga dan kesegaran bunga bertahan 2 - 3 bulan, atau Euphorbia red devil berbunga merah menyala dengan kesegaran sekitar 3 bulan. Ada lagi yang disebut Euphorbia forever green, yang bunganya berwarna hijau dan mampu bertahan selama setahun. Yang mengejutkan adalah Euphorbia red pearl dengan bunga merah menyala menyelimuti seluruh tubuhnya yang telah ditawar Rp 2 juta!
BUNGA KEBERUNTUNGAN
Ciri khas Euphorbia tampak pada batangnya yang diselimuti duri. Ada duri tunggal, ada pula yang ganda, bahkan ada duri yang berkelompok. Duri itu ada yang tajam panjang, ada pula yang pendek. Bagi orang Thailand, duri-duri yang tajam itu "dianggap" mampu mengusir roh-roh jahat.
Daunnya lazimnya berwarna hijau, meski ada pula yang kemerahan. Ukuran panjang daun sekitar 3 - 8 cm. Bentuknya macam-macam, antara lain simetris berujung lancip, lurus berujung lancip, oval berujung lancip dan sebagainya.
KLIK - Detail Bagaimana dengan bunganya? Yang disebut bunga biasanya mahkota bunga. Padahal, yang disebut mahkota bunga Euphorbia sebenarnya adalah seludang bunga. Mahkota bunga muncul membentuk sebuah dompolan, sehingga bunga-bunga itu bisa menutupi sekujur batangnya.
Di Thailand ada mitos soal Euphorbia, yakni jumlah bunganya yang selalu merupakan kelipatan delapan. Angka delapan, menurut orang Thailand, adalah angka keberuntungan. Makanya, Euphorbia dianggap sebagai bunga keberuntungan.
DARI TEDUH KE PANAS
Kriteria Euphorbia yang indah adalah batang perkasa, bunga lebat. Untuk mengusahakannya dengan mengelola pertumbuhan vegetatifnya. Artinya, jika Euphorbia ditanam dalam pot, maka media tanamnya harus benar-benar diperhatikan.
Tanaman ini tak suka tempat yang tergenang atau terlalu lembap. Oleh sebab itu, sebaiknya gunakan media berupa campuran sekam bakar, pasir malang, serbuk sabut kelapa (cocopit), dan sedikit pupuk kandang. Lalu letakkan di tempat yang teduh.
Jangan lupa, pilih sosok batang yang bakal tumbuh bagus. Perhatikan betul tunas-tunas yang tumbuh. Bila yang tumbuh hanya tunas kiri (dan tunas kanan tidak), maka tunas kiri tersebut sebaiknya dipangkas saja. Atur jarak antar-tunas sekitar 2-3 cm.
Setelah tunas primer diatur dengan pemangkasan, selanjutnya lakukan pemupukan. Bisa menggunakan pupuk daun yang kandungan nitrogennya tinggi. Malah, terkadang ada yang memberinya minyak ikan. Lakukan pemupukan setiap 2 minggu. Selain pupuk, rutin disiram. Tapi ingat, Euphorbia tidak doyan air.
Selanjutnya lakukan pengelolaan pertumbuhan generatifnya. Caranya, letakkan tanaman Euphorbia dalam pot di tempat panas terbuka. Rumusnya, Euphorbia butuh intensitas sinar matahari 70 persen dan lama penyinaran 8 jam sehari.
Setelah itu, ikuti dengan pemberian pupuk lengkap, misalnya Super Bionik, setiap 2 minggu sekali. Setelah 1,5 bulan, bunga dijamin muncul serempak. Dan bunga-bunga itu akan bermekaran susul-menyusul sepanjang masa. Indah bukan?
KLIK - DetailLAKUKAN GRAFTING
Informasi terakhir menyebutkan, di Thailand sudah tersedia hampir 100 warna bunga Euphorbia. Bagaimana bisa? Ya, semua itu karena upaya rekayasa genetik terus-menerus, sehingga memunculkan warna-warna gradasi. Contohnya warna putih, merah, atau kuning dengan segala gradasinya, termasuk warna hijau, ungu dan sebagainya.
Bagaimana meracik warna-warni bunga dilakukan?
Dari segi teknisnya, dilakukan seni grafting atau sambung. Berarti, dibutuhkan satu batang bawah dengan cabang-cabang primernya dan beberapa batang atas. Sebaiknya, batang bawah berasal dari Euphorbia "lokal", yang badannya perkasa, subur, dan sehat. Batang bawah berdiameter lebih besar ketimbang batang atas. Sementara batang atas dipilih dari Euphorbia hibrid yang memiliki bunga berukuran besar dan warna cemerlang namun serasi.
Setelah itu, dengan pisau tajam (pisau grafting) sayatlah beberapa cabang pada batang bawah dengan bentuk V dan kedalaman 2 cm. Kemudian, beberapa batang atas juga disayat berbentuk V. Duri-duri yang berada di seputar sayatan dibuang saja.
Kemudian, satu per satu batang atas dimasukkan ke dalam cabang batang bawah. Ikat dengan tali rafia atau selotip, jangan sampai terbuka atau bocor. Sebab, jika sambungan itu bocor dan kemasukan air, dijamin teknik grafting akan gagal.
Untuk mengurangi terjadinya penguapan, setiap batang atas sebaiknya hanya disisakan 4 helai daun, lalu kerudungi dengan plastik transparan. Baru kemudian tempatkan di tempat yang teduh. Amati, dan bila pada bagian yang disambung membengkak, berarti grafting berhasil. Buka kerudung plastik, dengan posisi tanaman masih di tempat semula yang teduh itu.
Setelah tunas-tunas daun bermunculan, buka tali rafia atau selotip pelan-pelan, lalu pindahkan ke tempat yang terbuka dan sedikit terkena sinar matahari. Geser lagi ke tempat yang lebih terbuka dengan intensitas sinar matahari semakin tinggi, jaga jangan sampai kekeringan, tapi juga sebaliknya jangan sampai tergenang air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar