Kata-Kata Bijak

Kita tidak tahu apakah Allah akan memberi rezeki yang banyak atau sedikit kepada kita

Kita juga tidak tahu kapan kita akan sukses

Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mendapatkannya

Kamis, 08 November 2007

Kiat Jitu Mengelola Keuangan Keluarga

Mengelola penghasilan dengan baik, masa depan keluarga Anda terjamin. Anggaran yang benar merupakan ‘kartu pas’ meraih jaminan itu.

Dana seringkali sudah ‘kering’ padahal tanggal gajian masih lama? Atau Anda bingung, dari mana bisa dapat dana untuk bayar uang pangkal TK si kecil yang berjut-jut itu? Mungkin pula Anda merasa sudah kerja keras, lebih dari 12 jam sehari, tapi belum juga ada hasil yang nyata. Sudahlah… sebaiknya periksa kembali apakah pengelolaan keuangan Anda sudah tepat?

Perlu anggaran

Berapa pun penghasilan Anda tak pernah cukup jika tidak direncanakan dengan benar. Masalah-masalah keuangan seperti di atas tak seharusnya terjadi jika Anda dan pasangan mengelola keuangan dengan baik.

“Penghasilan kita sebaiknya tidak hanya cukup untuk memenuhi pengeluaran kebutuhan hidup saat ini, tapi juga investasi masa depan,” ungkap Mike Rini , Perencana Keuangan dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan.



Mike menyarankan agar tiap keluarga membagi penghasilan dalam pos-pos pengeluaran. Pos pengeluaran pertama untuk membayar utang: kartu kredit, cicilan rumah, cicilan mobil, dan lain-lain. Besarnya pos pengeluaran pertama ini sebaiknya tidak lebih dari 30 persen penghasilan.

Pos kedua adalah tabungan dan investasi. Kalau biasanya keluarga menabung di akhir bulan, setelah ada sisa pengeluaran, Mike menyarankan sebaliknya. “Tabungan dan investasi dialokasikan di awal. Kalau tidak demikian, tak akan pernah terisi, karena cenderung berapa pun uang yang ada akan habis,” jelasnya. Bila keluarga belum punya tujuan keuangan atau rencana digunakan untuk apa uang tabungan itu, pos ini sekurang-kurangnya 10 persen dari penghasilan keluarga.

Pos ketiga yaitu untuk premi asuransi. “Asuransi diperlukan keluarga untuk memperkecil risiko keuangan yang mungkin terjadi,” jelas Mike. Misalnya, terjadi sesuatu dengan kepala keluarga, dengan asuransi jiwa, istri yang tidak bekerja dapat menggunakan uang pertanggungan untuk membuka usaha, misalnya. Besarnya premi asuransi dari total asuransi yang diambil keluarga sebaiknya tak lebih dari 10 persen saja. Tak dianjurkan lebih dari 10 persen, karena hal yang dikhawatirkan belum tentu terjadi.

Pos keempat, yang terakhir, barulah biaya hidup keluarga. Pos ini mendapat alokasi sisa dari pengeluaran tiga pos itu tadi. Termasuk dalam pos keempat adalah belanja keluarga dan belanja pribadi Anda dan pasangan, transportasi, pembantu rumah tangga, rekening listrik, telepon dan air, pakaian, pembantu rumah tangga, hiburan dan mainan anak.

Pengalokasian dana pada setiap item, menurut Mike, fleksibel. Meski pos yang terakhirlah yang pertama kali diutak-atik jika keluarga merasa perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai suatu tujuan. Anggaran sebaiknya dibuat setahun sekali, untuk merevisi jika dirasa perlu penyesuaian-penyesuaian.

Meski tidak persis sama dengan apa yang Mike jelaskan, keluarga muda melakukan alokasi dana saat menerima penghasilan. Fransisca Elly Dwi Astuti (37 tahun) atau Sisca , ibu dari Dorothea Wening Sonyaruri (7 tahun) dan Dolorosa Raras Cindiwangi (3 tahun) salah satunya. “Penghasilan tetap suami langsung saya gunakan untuk biaya hidup keluarga sehari-hari,” ujar Sisca. Sedangkan penghasilan tetapnya sebagai Manager Promosi sebuah perusahaan rekaman langsung masuk tabungan.

Sisca tidak pernah membayar utang. “Saya dan suami terbiasa menabung untuk membeli sesuatu. Kalau tidak punya uang, ya tidak usah beli. Sementara untuk premi asuransi pendidikan, kesehatan dan kendaraan, kami bayar pertahun,” tuturnya

Lain halnya Marcelline Ellena (30 tahun) yang dipanggil Celli, wiraswasta dan ibu dari Michael Ken Jie (3 tahun). “Setiap bulannya saya tidak punya patokan untuk beli ini dan itu. Kalau keperluan rumah tangga ada yang habis, ya beli sesuai keperluan. Karena penghasilan juga tidak tentu, pengeluaran juga tidak direncanakan.”
Sesuaikan dengan tujuan keuangan

“Jika hanya menabung 10 persen dari tabungan, kapan kami dapat liburan keliling Eropa sekeluarga?” Mungkin demikian pikir Anda. Apalagi Anda masih ingin punya mobil baru, rumah baru, menyekolahkan anak ke luar negeri, dan sejumlah keinginan lain. Itu sebabnya, perencanaan dibuat disesuaikan tak hanya berdasar penghasilan, tetapi juga tujuan keuangan keluarga.

Setiap keluarga sebaiknya punya tujuan keuangan yang merupakan segala keinginan seseorang atau sebuah keluarga yang butuh sejumlah uang untuk mewujudkannya. Dengan adanya tujuan keuangan,

kita dapat merencanakan berapa lama dapat mencapai tujuan tersebut dan langkah apa yang dapat kita ambil. Ada tujuan dalam jangka pendek, yaitu jika ingin dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun; jangka menengah, jika waktu yang ingin dicapai 1 - 5 tahun; dan jangka panjang, jika waktu yang ingin dicapai lebih dari 5 tahun.

Mike mencontohkan jika keluarga ingin membeli rumah lima tahun lagi, mereka perlu membuat tujuan secara spesifik, yaitu berapa harga rumah yang diinginkan dan dalam berapa tahun lagi dibeli, dan darimana uang untuk membayarnya. Misalnya, harga rumah yang diinginkan saat ini Rp. 500 juta. Bila berniat menyicil, berapa uang muka yang perlu disiapkan. Uang muka yang umumnya 30 persen dari harga rumah ini dapat diperoleh keluarga dengan melihat “Neraca Keluarga” (Lihat boks : Contoh Anggaran Keluarga). Setelah itu, hitung berapa kekurangannya untuk uang muka ini. Dalam waktu 5 tahun berarti keluarga perlu menabung sejumlah sisa uang muka.

Misalnya tidak ada uang yang dapat diambil dari tabungan, keluarga dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian anggaran dengan menabung untuk uang muka ini. Secara sederhana, dapat kita hitung Rp. 150.000.000,- : 5 tahun : 12 bulan = Rp. 2.500.000,- perbulan. Namun, dalam 5 tahun ke depan, rumah yang saat ini seharga Rp. 500.000.000,- berubah harganya. Untuk itu, keluarga dapat memprediksikan tingkat inflasi. Jika menginginkan perhitungan yang mendekati angka yang tepat, Anda dapat minta bantuan perencana keuangan untuk menghitungnya.).

Sebuah keluarga dapat saja memiliki lebih dari satu tujuan keuangan. Jika sudah tahu tujuan keuangan dan kondisi keuangan, barulah keluarga membuat perencanaan atau anggaran setiap bulannya.

Tujuan keuanganlah yang membuat Sisca menabung penghasilan tambahannya dan suami. “Saya dan suami punya impian bisa membuat studio. Entah untuk disewakan atau punya PH ( Production House ) sendiri. Untuk itu kami perlu membeli tanah yang luas dalam sepuluh tahun ke depan.”
Kenali produk-produk investasi

Meski berniat menabung, namun Anda kesal juga melihat tambahan dana tabungan merayap lamban. Bahkan bunga yang diberikan tak terasa karena dipotong biaya administrasi dan pajak. Jika ini yang Anda alami, Mike menyarankan melakukan investasi.

“Menabung tidak usah banyak-banyak, lebih baik banyak dinvestasikan saja,” tuturnya. Besarnya tabungan sebaiknya dijaga antara 3 - 6 kali pengeluaran Anda perbulan. Tabungan inilah yang dinamakan “dana cadangan” atau “ emergency fund” . Dana ini dapat digunakan jika ada pengeluaran tak terduga.

Jika ada dana lebih, keluarga dapat menginvestasikannya dalam beberapa jenis investasi. Mike membagi dalam empat kategori. Pertama, investasi melalui produk-produk keuangan. Keluarga dapat memilih sesuai pengalaman dan pengenalan produk investasi tersebut. Mereka yang awam biasanya memilih deposito. Selain Deposito, keluarga juga dapat memilih reksadana (mutual fund), saham dan obligasi. Reksadana adalah sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam suatu wadah, dimana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi dengan cara mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai macam instrumen investasi. Obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan baik oleh pemerintah maupun perusahaan.

Kategori kedua adalah melalui usaha. Keluarga membuka usaha sendiri, sebagai sampingan dari penghasilan tetap maupun bergabung dengan orang lain.

Kategori ketiga adalah properti. Keluarga dapat membeli tanah atau rumah, misalnya. Dapat dikontrakkan atau untuk usaha kamar kos.

Kategori terakhir adalah exotic investment . Termasuk di dalamnya emas, berlian atau pun barang-barang koleksi yang bernilai seperti lukisan. (Lihat boks : Sehatkah Perencanaan Keuangan Keluarga Anda?).

Investasi usaha, properti dan exotic investment tampaknya banyak dikenal. Celli dan Sisca memilih investasi jenis ini jika ada dana lebih dalam keuangan mereka.

Grahita Purbasantika Nugraha
Pengarah gaya: Natalia Kartika
Foto: Harry Hikmatullah




Tidak ada komentar: