Kata-Kata Bijak

Kita tidak tahu apakah Allah akan memberi rezeki yang banyak atau sedikit kepada kita

Kita juga tidak tahu kapan kita akan sukses

Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk mendapatkannya

Jumat, 19 Oktober 2007

Ibu Yang Bekerja

Berbagai alasan melatari keputusan seorang ibu untuk kembali bekerja setelah punya anak. Apa pun alasannya, para ibu bekerja tampaknya tak dapat menghindari perasaan bersalah meninggalkan anak di rumah bersama orang lain.

Kembali bekerja atau tidak setelah melahirkan merupakan dilema yang umum dihadapi para ibu bekerja. Namun, di zaman sekarang, sebagian besar para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan, meski mereka menyadari bahwa kembali bekerja berarti harus mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja.

Tak dipungkiri, ada pula ibu yang menunda kembali bekerja, sejauh hal itu mungkin, karena tak ingin meninggalkan anak untuk diasuh orang lain. Tetapi, ada berbagai alasan mengapa para ibu cenderung memilih kembali bekerja setelah melahirkan.


Dra. Agustine Sukarlan Basri, M.Si ., staf pengajar pada Jurusan Psikologi Klinis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa, kecenderungan para ibu zaman sekarang memilih kembali bekerja setelah punya anak, bukan semata-mata karena mereka senang bekerja. “Jarang sekali seorang ibu bekerja untuk dirinya sendiri. Para ibu bekerja lebih untuk ikut berperan mendukung ekonomi rumah tangga,” ujar Agustine. Kalaupun ada ibu yang memutuskan kembali bekerja demi karier, ia tak malu mengakui bahwa ia merasa bersalah meninggalkan anak untuk diasuh orang lain.

Selain itu, tingginya angka perceraian pada usia perkawinan muda, dapat menjadi salah satu pemicu para ibu untuk kembali bekerja. Mereka menyadari bahwa kemandirian secara ekonomi diperlukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan, seperti misalnya perceraian.

Teresa Wilson , penulis buku Working Parents Companion, menemukan beberapa alasan mengapa para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan:

- Merasa terisolir

Masalah berat yang dihadapi oleh ibu yang baru melahirkan anak pertama adalah merasa terisolir. Ibu bekerja umumnya merasa sudah akrab dengan lingkungan pekerjaannya, sehingga ketika tinggal beberapa bulan di rumah dalam rangka cuti melahirkan, ia merasa tidak mengenal secara baik orang-orang di sekitar rumahnya.

Selain itu, ibu yang sudah terbiasa bekerja di kantor butuh penyesuaian untuk menghadapi kehidupan yang lain sama sekali dengan kehidupannya di tempat kerja. Jenis pekerjaan yang dilakukan pun sama sekali berbeda. Para ibu ini di kantor sudah terbiasa mengambil keputusan secara spontan. Kehadiran bayi, tentu mengacaukan spontanitas mereka untuk beberapa waktu lamanya, dan kondisi ini tak mungkin ditolak.

Tidaklah mengherankan bila para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan untuk mendapatkan kembali kehangatan dan kehidupan dunia kerja yang sudah sangat diakrabinya.

- Mendapat jaminan di hari tua

Zaman sekarang tidak sedikit perempuan yang ingin bertanggung jawab atas nasibnya sendiri. Tingginya angka perceraian, memunculkan adanya kebutuhan untuk melindungi diri sendiri, khususnya dari bencana keuangan.

Kesadaran ini tumbuh justru karena kehadiran anak, ketika para ibu ini harus juga melindungi anak dari kekurangan yang dapat mereka alami karena tidak berpenghasilan. Bila mereka tidak bekerja, kehilangan suami karena berpisah atau mati muda, berarti juga kehilangan sumber keuangan.

Kalaupun mereka terhindar dari masalah perceraian, para ibu juga menginginkan adanya jaminan hidup di hari tua, seperti uang pensiun yang dapat mereka andalkan untuk menafkahi mereka. Sebab mereka juga sadar bahwa perempuan hidup lebih lama dibanding para laki-laki.

Dengan kata lain, perempuan yang memilih tetap bekerja setelah melahirkan, memiliki keinginan untuk melindungi anak dan diri sendiri dari kemungkinan buruk yang mungkin mereka alami.

- Kebutuhan ekonomi

Sebagian besar ibu yang kembali bekerja, bukan karena mereka ingin bekerja. Bagaimanapun, perasaan bersalah meninggalkan anak diasuh orang lain tetaplah ada. Namun, mereka juga tidak dapat menutup mata dengan kenyataan bahwa biaya hidup zaman sekarang sangatlah tinggi. Ini kenyataan yang kerap dihadapi oleh para ibu sebagai pengelola keuangan keluarga. Tidak ingin harus selalu ‘bermain akrobat’ dengan uang yang ada, para ibu memilih kembali bekerja setelah melahirkan anak mereka.

- Pengalaman masa kecil

Anak perempuan yang ibunya bekerja, cenderung bersikap sama ketika dewasa. Anak-anak yang tetap merasa gembira dan bahagia meskipun para ibu mereka bekerja, cenderung berpikir bahwa anak-anak mereka pun, meskipun ditinggal bekerja, akan tetap gembira.

Peran model, dalam hal ini ayah dan ibu yang tetap berhasil mendidik anak mereka meskipun keduanya bekerja, dapat melatarbelakangi pengambilan keputusan bagi para ibu untuk tetap bekerja setelah melahirkan.

Bekerja dan gaya hidup

Apa pun alasan yang melatari keputusan para ibu untuk kembali bekerja setelah melahirkan, beberapa diantara mereka mengatakan bahwa mereka menyimpan perasaan bersalah meninggalkan anak untuk diasuh orang lain.

Tidak mengherankan bila diantara mereka berusaha mengurangi perasaan bersalahnya dengan membuat berbagai kompensasi. Misalnya, membuatkan sendiri makanan anak, menjahit sendiri baju ulang tahun anak untuk dipakaikan saat ulang tahunnya yang pertama, atau merawat anak begitu para ibu tiba di rumah. Tentu saja ini tidak salah.

Umumnya, perempuan yang bekerja, belajar membiasakan bekerja sebagai bagian dari gaya hidup. Namun begitu, mereka tidak ingin mengorbankan hidupnya bagi pekerjaan karena, anak-anak dengan berbagai kebutuhannya memang menjadi prioritas utamanya.

Bila demikian halnya, sebenarnya pilihan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan paralel dengan pengasuhan anak adalah: bekerja paruh waktu, freelance , bekerja di rumah, atau tetap bekerja purna waktu. Sebenarnya, waktu yang paling ideal untuk memutuskan jenis pekerjaan yang akan dipilih setelah melahirkan adalah saat para ibu ini belum punya anak. Masalahnya memang sangat sulit untuk merencanakan hidup jauh-jauh hari.

Ibu bekerja dan pengasuhan

Libur beberapa bulan setelah melahirkan atau mengadopsi anak, merupakan periode yang sangat penting bagi para ibu untuk menyesuaikan diri dengan peran baru mereka, dan mulai membangun kedekatan dengan anak.

Oleh karena kembali bekerja menjadi tema yang juga penting bagi kehidupan para ibu bekerja, mereka perlu segera membuat persiapan. Persiapan itu terutama berkaitan dengan perlengkapan yang dibutuhkan oleh pengasuh anak yang sudah dipercaya untuk merawat dan mengasuh anak selama ibu bekerja. Dengan cara ini, para ibu bekerja dapat menggunakan waktu yang ada untuk dinikmati bersama anak, tanpa merasa khawatir akan pekerjaan kantor.

Apakah pekerjaan yang dilakukan akan menguras tenaga? Ini merupakan pertanyaan penting ketika ibu bekerja memutuskan kembali bekerja, karena bekerja sudah menjadi bagian penting dalam hidup. Merawat dan mengasuh anak butuh tenaga yang cukup besar. Jika ibu bekerja sudah menghabiskan tenaganya untuk bekerja, sisa tenaga yang ada digunakan untuk mengasuh anak. Perlu dicatat, semakin tinggi tingkat stres pekerjaan itu, semakin tinggi pula tingkat stres ibu di dalam rumah.

Namun, ibu bekerja yang sungguh-sungguh menginginkan yang terbaik bagi anaknya, akan terus memelihara dirinya agar tidak mengalami stres. Mereka cenderung bersikap realistis, mencoba untuk menjadi orang yang bersikap fleksibel dalam menghadapi pekerjaan di luar rumah.

Immanuella F. Rachmani

Foto: Dok. Ayahbunda .

Tidak ada komentar: